masa nenek-nenek
A. MASA TUA
1. Pengertian masa tua (lanjut usia)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Proses
menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua :
- Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
- Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle
age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
- Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ
tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.
2. Ciri - ciri masa tua
a. Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
• Usia lanjut merupakan periode kemunduran.
• Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.
• Menua membutuhkan perubahan peran.
• Penyesuaian yang buruk pada lansia.
3. Karakteristik masa tua
Menurut
Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai
karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya
adalah:
• keinginan untuk meninggalkan warisan;
• fungsi sebagai seseorang yang dituakan;
• kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
• perasaan tentang siklus kehidupan;
• kreativitas,
• rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
• perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan, dll.
B. PERUBAHAN FISIK PADA MASA TUA
Perkembangan
fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis
yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis
yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi
psikologis.
Perkembangan
masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih
besar dibandingkan dengan periode periode usia sebelumnya. Kita akan
mencatat rentetan perubahan perubahan dalam penurunan fisik yang terkait
dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya perkembangan perkembangan
baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat bahwa kekuatan tubuh
perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh kadangkala dapat
diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
- Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh.
- Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
- Penurunan Dorongan Seks.
Pada
umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel
sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
Kapasitas
pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun
sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada
menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu berita baiknya adalah
bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan
latihan latihan memperkuat diafragma.
b. Perubahan Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium &
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
5) Otak dan sistem syaraf. Aspek
yang signifikan dari proses penuaan mungkin adalah bahwa neuron neuron
itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian otak dapat
cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya, hanya kehilangan sebagian
kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
6) Perkembangan Sensori.
Perubahan
sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera
penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa
dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan
terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih
menjadi lambat, yang berarti bahwa orang rang lanjut usia membutuhkan
waktu lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar
dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
Ciri
– ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva
berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada
permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas
terhadap rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan
mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan
terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera
penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan fungsi
seiring dengan bertambahnya usia.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
Tidak
lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh
jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa
yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung
tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan
usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa
jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan
kapasitas meningkat bukan menurun.
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal,
Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat
jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai
21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika
urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya
retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina,
Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali
terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary,
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh
darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat, dll.
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan
gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk
dan gizi yang buruk.
2) Indera
pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar,dll.
h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Pada masa usia lanjut khususnya pada wanita salah satu
ciri perubahannya yaitu mengalami fase menopause. Akibat berhentinya
haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim
mengalami antropi (keadaan kemunduran gizi jaringan), panjangnya
menyusut, dan dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot rahim)
menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat
berserabut secara berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut tidak
menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama akan merata dengan dinding
vagina, dsb.
1) Hot flushes (perasaan panas)
Adalah
rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas (seperti
leher dan dada). Dengan perabaan tangan akan terasa adanya peningkatan
suhu pada daerah tersebut. Gejolak panas terjadi karena
jaringan-jaringan yang sensitif atau yang bergantung pada esterogen akan
terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas
diperkirakan merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak
yang bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh.
2) Keringat Berlebihan
Cara
bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran panas pada
tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu
yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara yang semula dirasakan nyaman,
mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta
mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain itu, dalam
kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina menjadi lebih tipis
dan berkurang kelembabannya seiring dengan kadar estrogen yang menurun.
Gejala lain yang dialami wanita adalah berkeringat dimalam hari.
3) Vagina Kering
Perubahan
pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat
menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu, akibat
berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina,
jaringan penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel
vagina mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu
mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.
4) Tidak dapat menahan air seni
Ketika
usia bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat bersin
dan batuk. Hal ini akibat estrogen yang menurun sehingga salah satu
dampaknya adalah inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi
kandung kemih). Perlu diketahui, dinding serta lapisan otot polos uretra
perempuan juga mengandung banyak reseptor estrogen. Kekurangan
estrogen menyebabkan terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan
pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada
saluran kemih bagian bawah.
5) Hilangnya jaringan penunjang
Rendahnya
kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan kolagen yang
berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen
menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok,
gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta
timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.
6) Penambahan berat badan
7) Gangguan mata
8) Nyeri tulang dan sendi
i. Perubahan otot
Penurunan
berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak
tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan
berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass ( otot, organ
tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot berkurang sesuai
dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering merasa
letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena terjadi atrofi.
Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak tubuh. Perubahan
metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total dan
trigliserida.
Ciri – ciri perubahan fisik masa usia lanjut akan berpengaruh juga pada kondisi kesehatannya, seperti berikut :
· Keadaan tubuh:
Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat penurunan aktivitas fisik dan
kurang makanan berserat. Daya motorik otot menurun membuat orang sulit
bergerak. Jumlah air di dalam tubuh berkurang. Massa tulangpun menurun
karena kondisi tulang mulai rapuh, sementara pertumbuhan tulang sudah
berhenti.
· Pencernaan:
Gangguan pada gigi dan perubahan bentuk rahang mengakibatkan sulitnya
mengunyah makanan. Daya penciuman dan perasa menurun, hal ini
menyebabkan turunnya selera makan yang berakibat kekurangan gizi.
Menurunnya produksi asam lambung dan enzim pencernaan, mempengaruhi
penyerapan vitamin dan zat-zat lain pada usus. Penurunan perkembangan
lapisan otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan menurunkan daya
cerna usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti obat-obatan dan
alkohol pun melemah.
· Kekebalan tubuh:
Akibat berkurangnya kemampuan tubuh memproduksi antibodi pada masa
lansia, sistim kekebalan tubuhpun menurun. Hal ini membuat lansia rentan
terhadap berbagai macam penyakit.
· Jantung:
Daya pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh arteri melemah,
semua ini akibat perubahan kolagen dan elastin dalam dinding arteri.
· Pernafasan:
Fungsi paru-paru menurun akibat berkurangnya elastisitas serabut otot
yang mempertahankan pipa kecil dalam paru-paru tetap terbuka. Penurunan
fungsi ini akan lebih berat jika orang bersangkutan memiliki kebiasaan
merokok dan kurang berolahraga.
· Otak dan syaraf.
Menurunnya kemampuan fungsi otak melemahkan daya ingat. Akibatnya,
orang lansia suka sering lupa makan atau minum obat, yang pada akhirnya
akan menimbulkan penyakit, dll.
C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
Proses
menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ada
beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa
lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga
para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun
beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
- Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
- Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
- Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
- Pasangan hidup telah meninggal.
- Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c. Perubahan Aspek Psikososial
Pada
umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
- Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
- Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
- Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
- Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
- Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada
umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi
setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan.
Karena
jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna
serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
I. PENYESUAIAN DIRI PADA MASA TUA (ADJUSTMENT)
Yang
dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan
orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat
perubahan – perubahan fisik, maupun sosial – psikologis yang dialaminya
dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam
diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Penyesuaian
diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi
yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan
berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong
produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu
atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran
yang jernih. Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang
menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif
untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang
relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan
terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk
antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi.
Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang
mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase
lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia
adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari
penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait
dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori,
inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
1. PENYESUAIAN TERHADAP KARIER(PEKERJAAN)
Pria
lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis
daripada pekerjaan yang bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang
mereka peroleh adalah pekerjaan yang memberi kepuasan pada dirinya
walaupun pekerjaan itu jelas berbeda dengan pekerjaan orang yang lebih
muda atau pekerjaan pada masa mudanya. Bahkan mereka mengetahui bahwa
sebentar lagi akan pensiun, atau bagi yang sudah pensiun akan berhenti
bekerja, sehingga apa yang dilakukan tidak mempengaruhi sikap mereka
terhadap pekerjaannya jika mereka memang menikmati apa yang mereka
kerjakan.
a. Sikap
Pada
masa lanjut usia, yang juga terjadi pada tingkat usia lain selama
rentang hidup masa dewasa, orang mempunyai alasan yang berbeda terhadap
pekerjaan yang diinginkan, seperti yang diungkapkan oleh Havighurst
Hurlock(1992:414), bahwa sikap terhadap kerja merupakan dasar terhadap
pekerjaan yang diinginkan.
b. Kesempatan Kerja
Selama
usia madya kesempatan bekerja berkurang dengan cepat. Pada usia madya
sangat sulit bahkan sering tidak mungkin memperoleh pekerjaan baru.
Bagi lansia yang masih mendapat pekerjaan tentu sangat beruntung, hanya
saja jenis pekerjaan yang diperoleh umumnya lebih banyak bersifat
monoton, pekerjaan yang statis dan kurang berkembang dan mungkin juga
tidak sesuai dengan tingkat kemampuan dan latihan yang pernah diterima.
Hal itu mengakibatkan mereka merasa tidak puas. Secara relatif, hanya
ada beberapa pekerjaan yang terbuka bagi orang lanjut usia yang
berketrampilan tinggi atau jenis pekerjaan yang memerlukan tanggung
jawab tinggi atau juga pekerjaan profesional yang sangat diperlukan di
masyarakat. Dalam dunia usaha dan industri hanya pekerjaan yang ringan
dan menyenangkan saja yang tersedia bagi pekerja lanjut usia.
c. kinerja
Penelitian
tentang pekerja lanjut usia menekankan pada kualitas kerja yang
menyumbang keberhasilan mereka dalam kerja. Pekerja lanjut usia,
misalnya karena mereka banyak memiliki pengalaman, cenderung bekerja
dengan gerak yang lamban daripada pekerja muda yang kurang
berpengalaman. Kelebihan ini dapat menutupi kelemahan mereka dalam
bekerja. Pertambahan beban masalah yang berhubungan dengan kehidupan
pribadinya juga berkurang daripada pekerja muda yang keinginannya
biasanya lebih dipusatkan pada cinta keluarga, sementara bagi lansia
yang penting adalah rasa aman untuk bekerja dan tidak dikejar-kejar
waktu, sehingga dapat bekerja dengan tenang.
2. PENYESUAIAN DIRI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
A. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia
memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat
oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang mempertahankan
pendadapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan
peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas
dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
B. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan
yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Perubahan sosial
Umumnya
lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang
banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239)
3. PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KELUARGA
A. Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian
besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya
rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat
tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing
jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai
lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang
tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya
sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada
anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam
hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima
permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan
tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan
psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan
sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas
kehidupan sehari-hari.
4. HUBUNGAN SOSIO-EMOSIONAL LANSIA
Keberadaan
lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia,
namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup
lansia.
Menurut teori aktivitas (activity theory),
semakin orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil
kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemngkinan mereka
merasa puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini penting bagi para dewasa
lanjut untuk menemukan peran-peran pengganti untuk tetap menjaga
keaktifan mereka dan keterlibatan mereka didalam aktivitas
kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas pengganti ini maka dapat
menghindari individu dari perasaan tidak berguna, tersisihkan, yang
membuat mereka menarik diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social breakdown-reconstruction theory)
(Kuypers & Bengston, 1973) menyatakan bahwa penuaan dikembangkan
melalui fungsi psikologis negative yang dibawa oleh pandangan-pandangan
negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak
memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksial dapat terjadi
dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut
dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Ketersediaan
layanan bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka mengeanai
lingkungan sosialnya. Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif
dengan layanan yang ada dan juga mereka akan mengubah pandangan dunia
sosial yang negatif dan meniadakan pemberian label sebagai seseorang
yang tidak mampu (incompetent). Dorongan untuk berpartisipasi
aktif orang-orang dewasa lajut di masyarakat dapat meningkatkan kepuasan
hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya sendiri.
II. GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
c. Gangguan Sensorik dan kognitif
d. Gangguan Kesadaran
e. Gangguan Orientasi
Gangguan
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan
kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,
gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan
kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang
tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara: Apakah penderita
mengenali namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.
f. Gangguan Daya ingat
g. Gangguan Fungsi intelektual
Didalam buku “Psikologi Agama” yang
ditulis oleh Bambang Syamsul Arifin, mengatakan bahwa manusia dari
masa ke masa selalu bergerak melakukan kegiatan untuk meraih harapan
kesempurnaan dalam hidup dan terhindar dari kekawatiran mereka, hal
demikian tentu juga masih dirasakan oleh golongan orang-orang lanjut
usia.
0 komentar:
Posting Komentar